Tari Saputangan merupakan salah satu tarian
yang terdapat di daerah Talaek, Kecamatan
Bayang, Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat. Tari ini diperkirakan
sudah cukup lama ada dan berkembang di
dalam masyarakatnya dengan pola-pola tradisi. Tetapi Tari Saputangan tidak
bisa dipastikan siapa penciptanya dan
kapan diciptakan.
Tari
saputangan dibawakan oleh sepasang penari laki-laki dewasa yang dikenal
dengan
sebutan
penari tradisi. Tari ini termasuk jenis tari hiburan, karena dalam
pertunjukannya tidak terkait langsung
dengan upacara apapun. Tari ini dilengkapi dengan properti saputangan, dan gerakan-gerakan tari sudah diberi nama sesuai
dengan lingkungan alam dan kehidupan sosial
masyarakatnya. Secara filosofis sulit untuk dimengerti makna dari gerak-geraknya.
Asal-usul
Tarian Sapu Tangan bertempo sedang, yaitu 2/4 namun sedikit lebih cepat. Sesuai dengan lagu pengiringnya, yaitu lagu Cek Minah Sayang, tarian ini pun sering disebut sebagai Tari Cek Minah Sayang. Ragam gerakan dalam tarian ini mirip dengan Tari Kapri dari Tapanuli Tengah atau Tari Kaparinyo dari Minangkabau. Sebagaimana namanya, tarian ini menggunakan sapu tangan dari awal hingga akhir gerakan.
Tarian ini menggambarkan kebiasaan masyarakat, misalnya dalam kegiatan setelah panen. Kegiatan ini penuh dengan rasa kekeluargaan dan memiliki jiwa gotong-royong yang tinggi. Nilai-nilai kearifan dan kebiasaan masyarakat Melayu tersebut tercermin pada gerakan-gerakan dalam ragam tarian ini. Gambaran kisah dalam tarian ini, yakni sebagai berikut:
Tarian Sapu Tangan bertempo sedang, yaitu 2/4 namun sedikit lebih cepat. Sesuai dengan lagu pengiringnya, yaitu lagu Cek Minah Sayang, tarian ini pun sering disebut sebagai Tari Cek Minah Sayang. Ragam gerakan dalam tarian ini mirip dengan Tari Kapri dari Tapanuli Tengah atau Tari Kaparinyo dari Minangkabau. Sebagaimana namanya, tarian ini menggunakan sapu tangan dari awal hingga akhir gerakan.
Tarian ini menggambarkan kebiasaan masyarakat, misalnya dalam kegiatan setelah panen. Kegiatan ini penuh dengan rasa kekeluargaan dan memiliki jiwa gotong-royong yang tinggi. Nilai-nilai kearifan dan kebiasaan masyarakat Melayu tersebut tercermin pada gerakan-gerakan dalam ragam tarian ini. Gambaran kisah dalam tarian ini, yakni sebagai berikut:
Ragam 1
Gerakan pada ragam ini menggambarkan kegiatan masyarakat setelah panen, yaitu pengolahan padi menjadi beras secara gotong royong, baik dengan sanak keluarga maupun dengan para tetangga. Digambarkan, khalayak yang datang berduyun-duyun ke tempat pembuatan seraya.
Ragam 2
Gerakan-gerakan pada ragam 2 menggambarkan padi yang telah dipanen dikumpulkan. Kemudian, butiran padi-padi tersebut dilepaskan dari tangkainya (diirik) dengan cara menghentam-hentamkan lantai penginjaian. Setelah itu. padi dianginkan untuk memisahkan antara bulir padi yang isi dengan yang kosong.
Ragam 3
Gerakan pada ragam 3 menggambarkan padi yang diindang, ditampi, dan ditumbuk dengan menggunakan lesung indik. Ini adalah lesung panjang yang antannya berada di ujung sebuah pengungkit. Pangkal pengungkit diinjak dan dilepaskan untuk mengangkat antan.
Ketiga ragam tarian di atas dibagi menjadi dua bagian, A dan B. Di dalam ragam gerakan tersebut terdapat pengulangan antarbagian, meskipun ada gerak dan garis edar yang berbeda. Masing-masing ragam terdiri atas 8 x 8 ketuk, sehingga tarian ini berjumlah 24 x 8 ketuk.
Struktur dan Isi dalam
Bentuk
Berdasarkan
pendapat Margaret, struktur gerak Tari Saputangan dapat dikelompokkan
menjadi 7 ragam
gerak pokok, seperti:
- titi batang
- sikuteteh
- alang manyemba
- lenggang karaie
- siganjua lalai
Bentuk pengulangan (pengulangan gerak)
Pengulangan
pada gerak sering terjadi seperti: gerak titi batang, jinjiang bantai,
sikuteteh
dan alang mayemba. Pengulangan gerak ini dijumpai dalam bentuk
pokok I maupun bentuk pokok II.
Bila
dirinci lebih jauh, Tari Saputangan cukup rumit untuk dikenali
sambungan-sambungannya serta penggalan-penggalan gerak satu sama lainnya. Tari
Saputangan merupakan rentetan pola gerak
yang sambung-menyambung dan sering berulang. Dalam bentuk pokok I dan II, banyak muncul gerak titi batang sebagai
gerak penghubung dengan gerak lain. Gerak titi
batang memiliki beberapa motif gerak yang diberi variasi atau tambahan
motif. Kemudian gerak lenggang karaie
juga sering berulang pada bentuk pokok II.
Secara konsep, tradisi Tari Saputangan selalu diawali dengan
gerak sambah pembuka dan ditutup dengan
gerak sambah penutup. Di dalam Tari Saputangan belum dijumpai pembaharuan dalam merangkai gerak.
Tetapi kalau diamati lebih jauh, seniman-seniman tradisi tersebut menyusun
gerak Tari Saputangan telah mempertimbangkan faktor-faktor dan elemen penataan tari dengan jelas dalam
membangun struktur-struktur kecil pada masing-masing babak. Ditinjau lebih jauh
sasaran ke arah pembabakan disain dramatik sudah tersusun dengan baik dan secara koreografis sudah
memberikan ciri-ciri dan ikatan-ikatan dalam pola struktur tarinya. Gerak titi batang, yang merupakan cerminan
dari perilaku masyarakat sedang meniti
pematang sawah. Lalu gerak alang mayemba, cerminan dari perilaku burung elang yang sedang menangkap
mangsanya.
Musik Pengiring Tari
Beberapa
instrumen yang dipakai dalam musik Tari Saputangan, yaitu: seperangkat
talempong pacik yang
terdiri dari
Penari
Tari Sapu Tangan merupakan tarian yang dipentaskan oleh lebih dari satu penari.
Penari berpasang-pasangan laki-laki dan
perempuan.
Tata Busana
•
baju taluak balango (gunting cina), berwarna hitam, tanpa saku
(kantong), dan berlengan lapang (longgar
)
•
deta (destar), kain berbentuk segitiga yang diikatkan di kepala
dan berwarna hitam.
•
cawek (ikat pinggang), digunakan untuk mengikat celana galembong
dan juga berwarna hitam.
•
saputangan berukuran standar, warna putih dengan motif kotak-kotak
yang dipakai untuk menari.
By: Helmi, Herlinda, Nisrina, Tarwin
The Game of Odds - JTM Hub
BalasHapusLearn 시흥 출장안마 how odds work in the casino game of Odds. 부산광역 출장마사지 Discover how odds work and where to start. to 성남 출장샵 the 안양 출장마사지 player's picks and predictions, 태백 출장안마 along with how to interpret