Tari Maengket Tarian Tradisional Daerah Manado
Sulawesi Utara. Kata MAENGKET terdiri dari kata dasar ENGKET
yang artinya mengangkat tumit kaki turun naik, dan awalan MA yang
merubah kata dasar menjadi kata kerja menari-turun naik. Tari maengket adalah
tarian suku Minahasa di Kota Manado. Pementasan tari ini disertai nyanyian
dengan diiringi gendang atau tambur. Suku minahasa merupakan kesatuan dari
beberapa sub etnik yang mendiami wilayah Sulawesi utara. Karena beraneka
ragamnya suku di dalam suku minahasa, istilah yang digunakan dalam teknis
tarian maengket juga beraneka ragam sesuai dengan bahasa dari setiap suku
tersebut.
Tari ini dapat dilihat di Desa Ranowangko, Kecamatan Kombi, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara. Maengket yang paling terkenal dari dulu sampai sekarang yaitu maengket mandolang dan maengket pinkan.
Awalnya
Maengket dilakukan saat panen sebagai ucapan rasa syukur kepada Tuhan.
Pertunjukan tari maengket diawali seorang penyanyi yang akan diikuti (diulangi)
oleh orang lain. Para penari berjumlah 20 sampai 30 orang yang terdiri dari
laki-laki dan wanita secara berpasangan dengan satu orang perempuan bertindak
sebagai pemandu. Pakaian yang digunakan berwarna cerah seperti merah, merah
jambu, biru, kuning, hijau dan putih. Para penari pria menggunakan ikat kepala
yang berwarna merah. Tarian ini begitu dinamis, energik, dan relatif lebih
bebas dari aturan. Anda akan mendapatinya masih beracu pada nilai dan gerakan
asli.
Dalam
pertunjukannya Tari Maengket terdiri dari 3 babak yaitu :
1. Maowey Kamberu
Maowey
Kamberu merupakan suatu tarian yang dibawakan pada acara pengucapan syukur
kepada Tuhan yang Maha Esa atas hasil pertanian terutama tanaman padi yang
berlipat ganda. Tari jenis ini dipimpin oleh kaum wanita yang dinamakan
“Walian in uma” dan dibantu oleh Walian im pengumam’an atau lelaki dewasa.
Walian adalah agama asli atau agama suku yang dianut oleh suku Minahasa,
pemimpinya adalah seorang wanita tua yang disebut sebagai Walian Mangorai yang
bertugas sebagai penasehat dan pengawas dalam pelaksanaan upacara-upacara
kesuburan.
Proses Tari Maowey Kamberu
Tarian
ini dimulai dengan lambaian saputangan oleh pemimpin tarian yang bermaksud
mengundang lumimu’ut atau dewi bumi sampai pemimpin tarian kesurupan dewi bumi.
Setelah pemimpin tarian kesurupan barulah tarian benar-benar dimulai. Agar
penari lain tidak kesurupan roh jahat ada pembantu Tonaas Wangko yang menemani
walian in uma yang disebut dengan tonaas in uma yang merupakan pria dewasa yang
memegang tombak simbol dewa matahari (Toar). Oleh karena itu di sekitar halaman
batu (tumotowak) ditancapkan tombak- tombak.
Tarian
maengket moawey kamberu atau owey kamberu merupakan gambaran dari keluhan akan
rasa lelah menanam padi yang kemudian menghasilkan kesenangan saat menuai
padi.
2. Marambak
Marambak adalah
babak kedua tarian maengket yang dilakukan dengan semangat Mapalus atau
semangat kegotong-royongan. Biasa dipentaskan dalam pembuatan rumah baru.
Rakyat Minahasa Bantu membantu membuat rumah yang baru. Selesai rumah dibangun
maka diadakan pesta naik rumah baru atau dalam bahasa daerah disebut “rumambak”
atau menguji kekuatan rumah baru dan semua masyarakat kampong diundang dalam
pengucapan syukur
3. Lalayaan
Lalayaan merupakan bagian atau babak dari tari maengket yang melambangkan bagaimana pemuda-pemudi Minahasa pada zaman dahulu akan mencari jodoh mereka. Tari ini juga disebut tari pergaulan muda-mudi zaman dahulu kala di Minahasa.
Lalayaan merupakan bagian atau babak dari tari maengket yang melambangkan bagaimana pemuda-pemudi Minahasa pada zaman dahulu akan mencari jodoh mereka. Tari ini juga disebut tari pergaulan muda-mudi zaman dahulu kala di Minahasa.
Dalam
ritual, Maengket sendiri terbagi atas dua bagian yaitu Sumempung yang
dimaksudkan untuk mengundang roh Dewa-dewi dan memuji Si Empung (Tuhan) dan
Mangalei yang dimaksudkan untuk meminta berkat dari dewa-dewi.
Tari
Maengket sebetulnya tidak murni tarian tapi juga kesatuan dari dua cabang seni
yaitu tarian dan nyanyian dan upacara petik padi adalah upacara adat yang
dilakukan dalam musim pesta adat yang berlangsung selama 28 hari
berturut-turut. Tari maengket Moawey kamberu dilakukan 7 hari sebelum bulan purnama
di halaman batu (Tumotowa), di malam bulan purnama dilakukan tari lalayaan dan
7 hari setelah bulan purnama dilakukan tarian maengket marambak dalam upacara
pemasangan lampu untuk rumah baru (sumolo)
Tari Maengket Maowey kamberu
dipimpin oleh kaum wanita yang dinamakan “Walian in uma” dan dibantu oleh
Walian im pengumam’an atau lelaki dewasa. Walian adalah agama asli atau agama
suku yang dianut oleh suku Minahasa, pemimpinya adalah seorang wanita tua yang
disebut sebagai Walian Mangorai yang bertugas sebagai penasehat dan pengawas
dalam pelaksanaan upacara-upacara kesuburan. Tarian maengket dimulai dengan
lambaian saputangan oleh pemimpin tarian yang bermaksud mengundang dewi bumi
(lumimu’ut) sampai pemimpin tarian kesurupan dewi bumi. Setelah pemimpin tarian
kesurupan dewi bumi barulah tarian benar-benar dimulai. Agar penari lain tidak
kesurupan roh jahat ada pembantu Tonaas Wangko yang menemani walian in uma yang
disebut dengan tonaas in uma yang merupakan pria dewasa yang memegang tombak
simbol dewa matahari (Toar). Oleh karena itu di sekitar halaman batu
(tumotowak) ditancapkan tombak- tombak. Tarian maengket moawey kamberu atau
owey kamberu merupakan gambaran dari keluhan akan rasa lelah menanam padi yang
kemudian menghasilkan kesenangan saat menuai padi. Hikmah yang bisa dipetik
adalah, setiap kelelahan yang dirasakan setelah kerja keras maka akan
menghasilkan kesenangan di kemudian hari.
Dalam perkembangannya, tari
maengket kini sudah menjadi daya tarik pariwisata bagi provinsi Sulawesi Utara.
Oleh karena itu, tari maengket juga masih dipertahankan sebagai aset kebudayaan
dengan terus mengalami modifikasi tanpa mengesampingkan nilai- nilai filosofis
dari tarian tersebut. Tari maengket saat ini selain masih digunakan oleh
masyarakat dalam upacara-upacara adat juga menjadi salah satu alternatif
hiburan tradisional yang masih terus dipertahankan dan dikembangkan oleh
masyarakat Minahasa.
Sama halnya dengan daerah lain di
Indonesia dalam perkembangannya, tari maengket kini sudah menjadi daya tarik pariwisata.
Sehingga tarian ini mengalami modifikasi tanpa mengesampingkan nilai-nilai
filosofi.
Selain
dipentaskan dalam upacara-upacara adat, tari ini juga menjadi salah satu
alternatif hiburan tradisional yang masih terus dipertahankan dan dikembangkan
masyarakat Minahasa.
Sumber referensi:
http://budayaindonesiasatu.blogspot.com/2014/02/tari-maengket-tari-tradisional-minahasa.html
http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/895/tari-maengket
By: Novi, Imas, Meila, Aulia
we
BalasHapus