ASAL USUL
Tari Piring atau
dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang adalah salah satu seni
tari tradisonal di Minangkabau yang berasal dari kota Solok, provinsi Sumatera
Barat. Tarian ini dimainkan dengan menggunakan piring sebagai media utama.
Piringpiring tersebut kemudian diayun dengan gerakan-gerakan cepat yang
teratur, tanpa terlepas dari genggaman tangan Tarian ini diiringi oleh alat
musik Talempong dan Saluang. Jumlah penari biasanya berjumlah ganjil yang
terdiri dari tiga sampai tujuh orang. Kombinasi musik yang cepat dengan gerak
penari yang begitu lincah membuat pesona Sejarah Tari Piring Minangkabau begitu
menakjubkan.
SEJARAH
Mengenai waktu kemunculan pertama kali
tari piring ini belum diketahui pasti, tapi dipercaya bahwa tari piring telah
ada di kepulaian melayu sejak lebih dari 800 tahun yang lalu. Tari piring juga
dipercaya telah ada di Sumatra barat dan berkembang hingga pada zaman Sri
Wijaya. Setelah kemunculan Majapahit pada abad ke 16 yang menjatuhkan Sri Wijaya,
telah mendorong tari piring berkembang ke negeri-negeri melayu yang lain
bersamaan dengan pelarian orang-orang sri wijaya saat itu.
Sejarah
Tari Piring Minangkabau : Pada awalnya, tari ini merupakan ritual ucapan rasa
syukur masyarakat setempat kepada dewa-dewa setelah mendapatkan hasil panen
yang melimpah ruah. Ritual dilakukan dengan membawa sesaji dalam bentuk makanan
yang kemudian diletakkan di dalam piring sembari melangkah dengan gerakan yang
dinamis.
Setelah
masuknya agama Islam ke Minangkabau, tradisi Sejarah Tari Piring Minangkabau
tidak lagi digunakan sebagai ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa. Akan
tetapi, tari tersebut digunakan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat banyak
yang ditampilkan pada acara-acara keramaian.
Gerakan
Sejarah Tari Piring Minangkabau : Gerakan tari piring pada umumnya adalah
meletakkan dua buah piring di atas dua telapak tangan yang kemudian diayun dan
diikuti oleh gerakan-gerakan tari yang cepat, dan diselingi dentingan piring
atau dentingan dua cincin di jari penari terhadap piring yang dibawanya. Pada
akhir tarian, biasanya piring-piring yang dibawakan oleh para penari
dilemparkan ke lantai dan kemudian para penari akan menari di atas
pecahan-pecahan piring tersebut.
TATA
RIAS DAN BUSANA
Kostum atau Busana yg
dipakai : Pakaian yang digunakan para penaripun haruslah pakaian yang cerah,
dengan nuansa warna merah dan kuning keemasan
Busana Penari pria :
Busana rang mudo/baju gunting China yang berlengan lebar dan dihiasai dengan
missia (renda emas). Saran galembong, celana berukuran besar yang pada bagian
tengahnya (pisak) warnanya sama dengan baju. Sisamping dan cawek pinggang,
yaitu berupa kain songket yang dililitkan di pinggang dengan panjang sebatas
lutut. Adapun cawek pinggang adalah ikat pinggang yang terbuat dari bahan yang
sama dengan bahan sesamping yang pada ujungnya diberi hiasan berupa
rumbai-rumbai. Deta/destar, yaitu penutup kepala yang tebuat dari bahan kain
songket berbentuk segitiga yang diikatkan di kepala.
Busana penari wanita
: Baju kurung yang terbuat dari satin dan beludru. Kain songket. Selendang
songket yang dipasang pada bagian kiri badan. Tikuluak tanduak balapak, yaitu
penutup kepala khas wanita Minangkabau dari bahan songket yang meyerupai tanduk
kerbau. Aksesoris berupa kalung rambai dan kalung gadang serta subang/anting.
Pada umumnya, pakaian yang berwarna-warni dan cantik
adalah hal wajib bagi sebuah tarian. Tetapi pada Tari Piring, sudah cukup
dengan berbaju Melayu dan bersamping saja. Warna baju juga adalah terserah
kepada penari sendiri untuk menentukannya. Namun, warna-warna terang seperti
merah dan kuning sering menjadi pilihan kepada penari Tari Piring kerana ia
lebih mudah di lihat oleh penonton.
MUSIK
PENGIRING
Alat musik yang
digunakan untuk mengiringi Tari Piring, memadai dengan pukulan Rebana dan Gong
sahaja. Pukulan Gong amat penting sekali kerana ia akan menjadi panduan kepada
penari untuk menentukan langkah dan gerak Tari Piringnya. Pada kebiasaannya,
kumpulan Rebana yang mengiringi dan mengarak pasangan pengantin diberi
tanggungjawab untuk mengiringi persembahan Tari Piring. Namun, dalam keadaan
tertentu Tari Piring boleh juga diiringi oleh alat musik lain seperti Talempong
dan Gendang.
Tari Piring
diiringi oleh musik Penayuhan. Contoh lagu pengiringnya yaitu Takhian sai
tiusung, Takhi pikhing khua belas, Seni budaya lappung, Dang sappai haga tekas
(jangan sampai ditinggalkan
Saluang : Alat
musik Saluang merupakan alat musik tradisional masyarakat Minangkabau Sumatera
Barat. Alat musik tersebut merupakan alat musik tiup yang serupa dengan alat
musik seruling, namun pembuatannya lebih sederhana yaitu dengan melubangi bambu
tipis atau yang biasa disebut oleh masyarakat Minang dengan talang sebanyak 4
lubang.
Rabab adalah alat musik gesek
tradisional khas Minangkabauyang
terbuat dari tempurung kelapa. Dengan rabab
ini dapat tersalurkan bakat musik seseorang.
Biasanya dalam rabab ini dikisahkan berbagai cerita nagari atau dikenal dengan istilah Kaba.
Talempong adalah sebuah alat
musik pukul tradisional khassuku
Minangkabau. Bentuknya hampir sama dengan instrumenbonang dalam
perangkat gamelan. Talempong dapat terbuat darikuningan, namun ada pula yang terbuat dari kayu dan batu. Saat ini talempong dari jenis kuningan lebih banyak digunakan.
PENAYUHAN
: . . 1 2 3 3 .
4 3 . 2 1 7 6 6 6 6 7 1 2 3 4 . 3 2 1 2 1 7
. . 1 2 3 3 . 4
3 2 1 7 6 6 6 6 7 1 2 3 4 3 2 1 2 1 7
. . 6 7 1 1 . 1
3 2 1 7 6 5 6 . 1 7 6 5 4 3 \ . . .
. . 3 4 . 6 6 . 7 6 5 4 3 2 2 . 2 2 3 4 5 6 6 . 5 4
3 5 4 3
Lagu Pengiring Tari
Piring Dua Belas
a. Robbikum ya
robbikum
b. Pantunni
takhi hinji
Robbikum illahi
robbi Makai bahasa lappung
Assalamu alaikum
Kisah haga tikaji
Sikam haga
butakhi Riwayat seni Lappung
c. Takhlan sai tiusung
d. Awal mula pekhtama
Takhi pikhing
khua belas Ditahun enam lapan
Seni budaya
lapping Takhi hinji menjelma
Dang sappai haga
tekas Sai nakhi tenggalaman
e. Pikhingni
angkah khua f. Ditahun tujuh tiga
Diculuk kikhi
kanan Takhi khadu bukhubah
Gambus wat moneh
dia Mak ninggalkon asalna
Katutukni
terbangan Ajo khadu lestakhikan
g. Payu kham
jama-jama h. Lahot jama puakhi
Ngabina takhi
sinji Mak milih tuha ngukha
Dang sappai haga
lupa Budayakonlah seni
Ajo khadu
lestakhi Demi pembangunan bangsa
i. Takhupai
antak ija
Tantun dalih
butakha
Kantu kukhang
sempukhna
Tinggal
maklum dikutti
FILOSOFI
TARI
Menurut pemahaman penduduk Sumatra Barat, gerakan Tari
Piring melambangkan kerja sama ketika warganya berada di sawah. Koreografi ini
meniru cara petani bercocok tanam dan menunjukkan ungkapan rasa syukur mereka
saat menuai hasil panen yang bakal menghidupi seisi rumah.
Piring di tangan mereka diisi makanan yang lezat untuk
dipersembahkan kepada dewa. Tetapi sejak agama Islam masuk, Tari Piring
mempersembahkan sesajennya kepada majelis keramaian dan raja-raja atau pembesar
negeri.
Kini, Tari Piring juga dipakai sebagai bagian dalam
pernikahan tradisional karena pengantin dianggap sebagai raja sehari yang layak
mendapat penghormatan. Butuh kecakapan memegang piring dan mengatur mimik muka
yang tepat saat menarikannya.
Ketika penarinya bergerak cepat, atau disebut ayun,
bersiaplah menyaksikan atraksi lempar piring. Piring yang mudah pecah itu akan
dilontarkan tinggi-tinggi ke udara. Dan, penari menunjukkan kebolehan dalam
mempermainkan piring di tangannya. Itulah bagian yang melambangkan kegembiraan
tatkala musim panen tiba.
Pada bagian penutup, penari akan menghempaskan piring
ke tanah dan mulai menari di atas pecahan piring. Inilah lambang kesucian dari
niat para penari. Anehnya, tidak ada kaki yang terluka akibat menari
melompat-lompat di atas beling.
Musik Tari Piring dibunyikan oleh gemerincing dua
cincin di kedua tangan penari, berikut iringan meriah dari talempong dansaluang. Umumnya
personel penari piring berjumlah ganjil dan terdiri dari tiga sampai tujuh
orang.
Sesungguhnya filosofi Tari Piring hanyalah simbol dari
kegembiraan para petani disaat panen, yang kemudian mereka bergembira ria dan
gerakan gerakan dinamis. Piring adalah wadahnya yang didalamnya terhidang aneka
macam masakan. Wadan piring juga ada gambaran dari keaneka ragaman masakan khas
Minangkabau.
Tari Piring dikatakan tercipta dari ”wanita-wanita
cantik yang berpakaian indah, serta berjalan dengan lemah lembut penuh
kesopanan dan ketertiban ketika membawa piring berisi makanan yang lezat untuk
dipersembahkan kepada dewa-dewa sebagai sajian. Wanita-wanita ini akan menari
sambil berjalan, dan dalam masa yang sama menunjukan kecakapan mereka membawa
piring yang berisi makanan tersebut”. Kedatangan Islam telah membawa perubahan
kepada kepercayaan dan konsep tarian ini. Tari Piring tidak lagi dipersembahkan
kepada dewa-dewa, tetapi untuk majlis-majlis keramaian yang dihadiri bersama
oleh raja-raja atau pembesar negeri.
Keindahan dan keunikan Tari Piring telah mendorong kepada perluasan persembahannya dikalangan rakyat jelata, yaitu dimajlis-majlis perkawinan yang melibatkan persandingan. Dalam hal ini, persamaan konsep masih wujud, yaitu pasangan pengantin masih dianggap sebagai raja yaitu ‘Raja Sehari’ dan layak dipersembahkan Tari Piring di hadapannya ketika bersanding.
Keindahan dan keunikan Tari Piring telah mendorong kepada perluasan persembahannya dikalangan rakyat jelata, yaitu dimajlis-majlis perkawinan yang melibatkan persandingan. Dalam hal ini, persamaan konsep masih wujud, yaitu pasangan pengantin masih dianggap sebagai raja yaitu ‘Raja Sehari’ dan layak dipersembahkan Tari Piring di hadapannya ketika bersanding.
Seni Tari Piring mempunyai peranan yang besar di dalam
adat istiadat perkawinan masyarakat Minangkabau. Pada dasarnya, persembahan
sesebuah Tari Piring di majlis-majlis perkawinan adalah untuk tujuan hiburan
semata-mata. Namun persembahan tersebut boleh berperanan lebih dari pada itu.
Persembahan Tari Piring di dalam sesebuah majlis perkawinnan boleh dirasai
peranannya oleh empat pihak yaitu; kepada pasangan pengantin kepada tuan rumah
kepada orang ramai kepada penari sendiri.
Alat musik yang digunakan untuk mengiringi Tari
Piring, cukup dengan pukulan Rebana dan Gong saja. Pukulan Gong amat penting
sekali kerana ia akan menjadi panduan kepada penari untuk menentukan langkah
dan gerak Tari Piringnya. Pada umumnya, kumpulan Rebana yang mengiringi dan
mengarak pasangan pengantin diberi tanggungjawab untuk mengiringi persembahan
Tari Piring. Namun, dalam keadaan tertentu Tari Piring boleh
juga diiringi oleh alat musik lain seperti Talempong dan Gendang.
Ternyata
Tari Piring memiliki makna filosofis tersendiri, Tari Piring dikatakan tercipta
dari wanita-wanita cantik yang berpakaian indah, serta berjalan dengan lemah
lembut penuh kesopanan dan ketertiban ketika membawa piring berisi makanan yang
lezat untuk dipersembahkan kepada dewa-dewa sebagai sajian. Wanita-wanita ini
akan menari sambil berjalan, dan dalam masa yang sama menunjukan kecakapan
mereka membawa piring yang berisi makanan tersebut. Kedatangan Islam telah
membawa perubahan kepada kepercayaan dan konsep tarian ini. Tari Piring tidak
lagi dipersembahkan kepada dewa-dewa, tetapi untuk majlismajlis keramaian yang
dihadiri bersama oleh raja-raja atau pembesar negeri. Di Malaysia , tarian
piring dipersembahkan ketika majelis perkawinan terutama bagi keluarga berada,
bangsawan dan hartawan di sebuah kampung. Tarian ini biasa dilihat di kawasan
Seremban, Kuala Pilah dan Rembau oleh kumpulan tertentu.
TEMA TARI PIRING
Tari piring bertemakan pantomim tentang
kegiatan manusia yaitu tani dan panen, karena Tari Piring merupakan wujud rasa
syukur orang – orang Minangkabau kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas melimpahnya
hasil panen.
RAGAM
GERAK TARI PIRING
Ragam gerak tari Piring ini
dilakukan di atas pecahan kaca. Gerakan-gerakan tersebut adalah sebagai
berikut.
a. Gerak
pasambahan
Gerak yang
dibawakan oleh penari pria bermakna sembah syukur kepada Allah
Swt. serta permintaan maaf kepada penonton yang menyaksikan tari ini agar terhindar dari kejadian-kejadian yang dapat merusak jalannya pertunjukan.
Swt. serta permintaan maaf kepada penonton yang menyaksikan tari ini agar terhindar dari kejadian-kejadian yang dapat merusak jalannya pertunjukan.
b. Gerak
singanjuo lalai
Gerak ini dilakukan oleh penari wanita
yang melambangkan suasana di hari
pagi, dilakukan dengan gerakan-gerakan lembut.
pagi, dilakukan dengan gerakan-gerakan lembut.
c. Gerak
mencangkul
Gerak ini melambangkan para petani
ketika sedang mengolah sawah.
d. Gerak
menyiang
Gerak ini menggambarkan kegiatan para
petani saat membersihkan sampah sampah yang akan mengganggu tanah yang akan
digarap.
e. Gerak
membuang sampah
Gerak ini menggambarkan tentang
bagaimana para petani mengangkat sisa-sisa sampah untuk dipindahkan ke tempat
lain.
f. Gerak
menyemai
Gerak ini melambangkan bagaimana para
petani menyemai benih padi yang
akan ditanam.
akan ditanam.
g. Gerak
memagar
Gerak ini menggambarkan para petani
dalam memberi pagar pada pematang sawah agar tehindar dari binatang liar.
h. Gerak
mencabut benih
Gerak ini menggambarkan bagaimana
mencabut benih yang sudah ditanam.
i. Gerak
bertanam
Gerak ini menggambarkan bagaimana para
petani memindahkan benih yang telah dicabut.
j. Gerak
melepas lelah
Gerak ini menggambarkan bagaimana para
petani beristirahat melepas lelah
sesudah melaksanakan pekerjaan mengolah sawah.
sesudah melaksanakan pekerjaan mengolah sawah.
k. Gerak
mengantar juadah
Mengantar juadah ini berarti mengantar
makanan kepada para petani yang
telah mengolah sawah.
telah mengolah sawah.
l. Gerak
menyabit padi
Gerak ini dibawakan oleh penari pria
yang menggambarkan bagaimana para petani di sawah pada saat menyabit padi.
n. Gerak
manggampo padi
Gerakan yang dilakukan dalam hal
mengumpul padi dan dibawa ke suatu tempat.
o. Gerak
menganginkan padi
Gerak ini menggambarkan padi yang telah
dikumpulkan untuk dianginkan dan nantinya akan terpisah antara padi dan ampas
padi.
p. Gerak
mengirik padi
Gerak yang menggambarkan bagaimana para
petani mengumpulkan padi dan menjemurnya.
q. Gerak
membawa padi
Gerak yang dilakukan para petani saat
membawa padi untuk dibawa ke tempat lain.
r. Gerak
menumbuk padi
Gerak yang dilakukan untuk menumbuk padi
yang telah dijemur dilakukan oleh pria, sedangkan wanita mencurahkan padi.
s. Gotong
royong
Gerak yang dilakukan secara bersama yang
melambangkan sifat kegotongroyongan.
t. Gerak
menampih padi
Gerakan yang menggambarkan gerakan
bagaimana para petani menampih padi yang telah menjadi beras.
u. Gerak
menginjak pecahan kaca
Penggabungan dari berbagai gerak dan
diakhiri oleh penari menginjak-injak pecahan kaca yang dilakukan dengan
atraktif dan ditambah dengan beberapa gerak-gerak improvisasi penari.
KEUNIKAN TARI PIRING
Tentunya Tari piring mempunyai keunikan
sendiri yang membedakannya dari tarian lainnya. Keunikan dari tari piring itu
sendiri, ialah:
·
Kesamaan gerakannya,
·
keahliannya memutar piring
·
Tari Piring Sumatera Barat biasanya
dibawakan dalam 7 menit atau angka-angka ganjil lainnya
·
Jumlah penari biasanya juga berjumlah
ganjil terdiri dari tiga sampai tujuh orang.
·
Pakaian yang digunakan penari haruslah
pakaian yang cerah, dengan nuansa warna merah dan kuning khas Minangkabau.
Kesimpulan : Tari
Piring memiliki nilai-nilai trasedental, yang dimana nilai-nilai trasendental
ini terdapat dalam tata cara pelaksanaan Tari Piring. Dimana piring-piring yang
dipegang oleh para penari ini disusun keatas,dimana menunjukan bahwa piring
diatas bertujuan untuk kearah tuhan(trasendental) dan juga terlihat dalam
fungsi dan tujuan tari piring ini merupakan mengucapakan rasa bersyukur dan
terima kasih kepada yang ada diatas, terhadap apa yang telah diberikan kepada
masyarakat Minangkabau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar